Selama berabad-abad, masyarakat Timur Tengah berharap mengubah gurun menjadi lahan pertanian dan memunculkan air segar. Kini, impian itu jadi kenyataan.
Ilmuwan mengklaim mampu menghasilkan serangkaian hujan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Lima puluh badai hujan telah diciptakan tahun lalu di kawasan timur Al Ain sebagai cara mengendalikan cuaca.
Ilmuwan bekerja diam-diam untuk Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan. Mereka menggunakan perangkat ion raksasa yang berbentuk seperti penutup lampu pada tiang baja untuk menghasilkan bidang partikel bermuatan negatif.
Alat ini mengubah komposisi awan sehingga diharapkan dapat menghasilkan hujan. Dalam sebuah video, pendiri perusahaan Swiss yang bertanggung jawab dengan proyek Metro System International tersebut memamerkan kesuksesan mereka.
“Kami telah menghasilkan sejumlah hujan,” ujar Helmut Fluhrer dari perusahaan tersebut. Di masa lalu, China dan beberapa negara lain sempat menggunakan bahan kimia untuk mempengaruhi kinerja awan.
Semenatara ahli cuaca di negara itu memprediksi ketiadaan awan atau hujan di kawasan Al Ain, hujan terjadi dalam 52 kesempatan. Proyek ini diawasi oleh Max Planck Institute for Meteorology, salah satu pusat fisikawan atmosfer terbesar di dunia.
Mantan direktur lembaga itu, Professor Hartmut Grassl mengatakan banyak cara yang mereka lakukan, salah satunya menciptakan air di lahan kering.
Proyek tersebut menggunakan teknologi Weathertec dengan sistem berbiaya 6 juta poundsterling (Rp84 miliar) setiap tahun. Pembangunan perangkat juga menghabiskan biaya 7 juta poundsterling (Rp98 miliar) dan biaya pascaperubahan untuk penanaman tumbuhan sebesar 850 juta poundsterling (Rp11,9 triliun).
Beberapa ilmuan memperlakukan Al Ain dengan sangat hati-hat karena Abu Dhabi merupakan kawasan pesisir sehingga dapat menciptakan curah hujan yang dipicu dari pengambilan uap air di kawasan laut.
Source : http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=59440